Baduy merupakan sebuah desa adat yang berada di daerah Banten, tepatnya di desa Kanekes, Kabupaten Lebak. Desa Baduy ini terbagi menajdi dua bagian yaitu Baduy luar dan Baduy dalam. Yang sangat menarik desa Baduy ini yaitu masyarakatnya yang masih tradisional dan menjunjung tinggi adat istiadat.
Daerah Baduy ini terpecah lagi menjadi beberapa kampung. Baduy dalam yang ketat dengan adatnya meliputi kampung Cibeo, Cikeurta warna, dan Cikeusik. Sedangkan Baduy luar meliputi kampung Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya.
Baduy yang mempunyai luas areal sekitar 5.108 ha ini mengasingkan diri dari masyarakat luar (tertutup) dan menolak budaya ataupun agama dari luar Baduy itu sendiri dengan cara mereka menganggap daerahnya tersebut sebagai tempat yang sangat suci. Selain itu, masyarakat Baduy sedikit menutup diri dengan kedatangan masyarakat dari luar Baduy, karena mereka menganggap itu akan merusak atau bisa mempengaruhi budaya yang mereka junjung tinggi tersebut.
Menurut masyarakat setempat, mereka mulai menutup diri dari msayarakat luar Baduy semenjak daerah merka dijadikan objek wisata. Tapi pada dasarnya masyarakat Baduy luar maupun Baduy dalam sangatlah baik. Buktinya, ketika kami bekunjung kesana ketika kami beristirahat di teras rumah mereka walaupun itu tanpa izin mereka, dengan sendirinya mereka selalu menyodorkan air minum bahkan makanan yang mereka punya.
Kepercayaan masyarakat Baduy itu sendiri dikenal dengan sunda wiwitan yang berakar pada pemujaan arwah nenek moyang. Inti dari kepercayaan ini yaitu ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, tidak ada perubahan konsep ajaran yang dianut oleh masyarakat itu sendiri.
Menurut Wikipedia, kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Baduy adalah Arca Diomas. Memang, ketika kami berkunjung ke daerah Baduy ini, tidak ada tempat-tempat yang mereka sebut Arca Diomas ini. mungkin tempat Arca Diomas ini mereka rahasiakan, takut ada kesuciannya terpengaruh oleh ajaran dari luar Baduy.
Selain keprcayaan, bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes 'dalam' tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
Secara garis besar, antara Baduy luar dengan Baduy dalam sama. Tetapi ada sedikit yang membedakannya. Diantaranya, ikat kepala yang mereka pakai. Masyarakat Baduy dalam memakai ikat kepala yang berwarna putih sedangkan masyarakat Baduy luar memakai yang berwarna biru atau hitam. Selain ikat kepala, masyarakat Baduy dalam lebih ketat mengikuti adat dibandingkan dengan masyarakat Baduy luar yang sudah mulai mengenal bahkan mencangkok kebudayaan dari luar.
Yang perlu kita ingat ketika kita berkunjung ke Baduy (baduy luar ataupun baduy dalam) sebaiknya kita jangan pernah mengeluarkan barang-barang elektronik yang kita punya, baik itu handphone ataupun kamera. Konon katanya, masyarakat Baduy sangat anti dengan barang-barang teknologi karena itu akan mempengaruhi kesucian adat mereka.
Selain barang elektronik, daerah Baduy ini juga memiliki peraturan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat Baduy ataupun orang-orang yang berkunjung kesana. Peraturan tersebut yaitu kita dilarang ketika mandi ataupun hanya sekedar cuci muka disungai tidak boleh menggunakan sabun ataupun barang-barang lainnya. Kata masyarakat setempat itu bisa merusak atau mencemari lingkungan mereka.
Masyarakat Baduy ketika mandi, mereka tidak pernah menggunakan sabun, shampo ataupun odol untuk megggosok gigi tetapi mereka menggunakan rumput. Karena mereka menganggap itu lebih alami dan tidak merusak lingkungan. Masyarakat Baduy ini memiliki bahwa mereka harus menjaga kesucian daerah mereka dan kesakralan adat yang diciptakan oleh para leluhur tanpa mengubahnya sedikitpun.
Untuk mencapai daerah Baduy ini kita bisa menggunakan jalur transportasi dari Bandung;
- Dari Bandung naik bus jurusan Bogor (*ada juga bus yang langsung ke Rangkasbitung tp sangat jarang dan jadwal berangkatnya hanya pagi dan sore).
- Dari Bogor naik bus tujuan Rangkasbitung
- Dari Rangkasbitung naik bus elf/l300 jurursan Ciboleger
- Dari Ciboleger jalan kaki menuju perkampungan Baduy.
*rujukan; www.wikipedia.org
16 comments:
:-bd
Gosok gigi pakai rumput? :-o
Badui dari dulu tetap sama ya seperti dulu.. trus bagaimana bentuk kerjasama mereka dgn pemerintahan setempat?
semoga tetap terjaga nih baduy,jangan sampai terkontaminasi budaya2 aneh dari kota.
amin
dari rangkasbitung juga bisa naek blazer nol..gratis plus bonus makan malam jg..:D:D:D:))
adit : emang begitu adatnya, alhasil ya gigi mereka kuning2 gt deh/...
goro ; tp masyarakat baduy luar udah punya hape sekarang mah..udah bisa gaya mereka...wkwkkwkwk...
anonim ; emang sih, tp mangkal dulu di pos polisi trus dikira bob marley ma polisi n dikerumunin ma tukang ojek...hahhahhaha...
Itu tempat kedengar baik. saya sering dengar tempat ini. saya ingin kesana saat nanti
-N. Singh
wow, kalian pernah kesanaa?? :-o kereeeennn. sebenernya saya masi bingung, pendatang2 itu bebas gak sih keluar masuk kawasan baduy ini? terus apa yang bisa kita lakuin di saa selain meneliti kebudayaan mereka? ada kaya objek wisata gitu kah?
annelis ; pendatang mah bebeas2 ajah masuk asalkan mematuhi peraturan yg ada.. yah yg dilakuin disini yah keliling kampung mereka ajah, ngeliat kegiatan sehari-hari mereka..lo bayangin ajah, bocah 5thn ajah mainannya golok, gila kan..
hehhehe....
cobain dehh....
emak pengen ke baduy..:((
baiklah nak, nanti kita ke Baduy.
saya pernah ke baduy. banyak yang jualan madu kan ya di sana??
@indah ; emang sih, disana ada yg ngejual madu. namanya juga hutan dan pasti ada lebahnya kan?!?!
kapan anda jalanjalan ke baduy??
oh iya iya. namanya juga hutan, masa ngga ada lebah ya. dulu pas 3 sma saya ke sana.
saya sangat kaget, berbeda sekali dengan keadaan di kota yah. salut buat mereka yang hdp tanpa hingar bingar teknologi
@indah ; itulah yg membuat saya salut sama mereka, bisa bertahan hidup dihutan tanpa mengikuti perkembangan bahkan menggunakan teknologi.
iya mereka sanggup hidup tanpa teknologi, bahkan sikat gigi aja pake rumput ya. di sana nggak bisa ngeluarin kamera ya? trus tim jalanjalanindonesia ga ada dong foto2 di sana?
@indah; disini bisa ajah ngeluarin kamera asal tidak ketahuan sama warga, jd sembunyi-sembunyi gt deh...
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar di jalanjalanIndonesia