Sudah berlangganan jalanjalanindonesia via RSS Feed?

WAROENG DAWEUNG
Tempat Kongkow yang Murah Meriah

Setelah melewati Saung Angklung Mang Udjo, kendaraan kami arahkan terus melewati jalan yang tak terlalu lebar. Jalanan itu kurang bagus dan menanjak cukup terjal. Sepanjang perjalanan yang kami temui hanya jalanan rusak yang menanjak dan terjal. Tetapi senyum ramah masyarakat sekitar seolah menyemangati kami untuk berusaha hingga mencapai puncak bukit.

Sesaat setelah kami mencapai puncak bukit terdapat papan tulisan sederhana yang terbuat dari kayu, papan tersebut bertuliskan “Waroeng Daweung” sambil mengarah kebukit disebelah kiri. Dengan segera kami belokkan kendaraan ke bukit yang ditunjukkan papan tersebut. Sesampainya kami dipuncak bukit, terdapat sebuah bangunan dari batang pohon dengan beratapkan atap sirap yang harmonis dengan keadaan alam di sekitarnya. Itulah Waroeng Daweung, sebuah tempat untuk sekadar bersantai yang asri dan nyaman. Suasana ditempat ini sungguh dapat membuat perasaan menjadi tenang dan rileks. Didalam, sesaat setelah kita memasuki ruangan, tertata beberapa meja kayu kokoh yang tersedia untuk para tamu. Tepat ditengah ruangan terdapat sebuah tungku api yang biasanya dinyalakan bila hari semakin gelap dan udara semakin dingin.

Bila anda kurang suka dengan suasana dalam ruangan, maka Anda bisa mencoba menuju kebelakang bangunan utama dan menikmati indahnya pemandangan dari atas bukit yang sesungguhnya. Di taman belakang kita dapat melihat kota Bandung secara keseluruhan. Lalu tengokan kepala Anda ke sebelah kanan, dari sana dapat terlihat gunung Tangkuban Perahu dan Lembang. Bila Anda datang saat senja, Anda dapat melihat matahari tenggelam dibelakang gunung Tangkuban Perahu. Melihat indahnya pemandangan semakin nyaman dengan tersedianya kursi taman serta beberapa kursi batu yang ditata agar nyaman saat anda menikmati pemandangan.

Saat kami tiba di Waroeng Daweung, waktu menunjukkan pukul empat sore. Artinya kami harus menunggu sekitar dua jam lagi untuk dapat menyaksikan sunset. Kami segera mengambil langkah ke arah belakang kafe dan memilih tempat di saung yang mengarah langsung ke pemandangan kota Bandung. Secangkir hot chocolate serta sebungkus rokok kretek menjadi teman satu-satunya dikala udara dingin semakin mengusik kenyamanan. Disaat kami sedang rileks sambil menikmati pemandangan Kota Bandung dari ketinggian 1.500 meter diatas permukaan laut, sebuah mobil Land Rover tua tahun 80`-an dengan warna broken white sedang berusaha mendaki bukit menuju ke tempat dimana kami berada. Memang yang mengetahui keberadaan tempat ini hanya sedikit, itupun biasanya offroader yang juga sekaligus ingin berpetualang naik turun bukit. Saat itu terdapat beberapa offroader, salah satunya adalah Alaf. Beliau juga merupakan aktivis dalam kelembagaan pecinta alam, Wanadri. Alaf menilai Waroeng Daweung sebagai tempat yang sangat bagus untuk sekedar refreshing bersama keluarga disela kesibukannya sehari – hari. Ini merupakan kesempatan pertamanya menikmanti pemandangan kota Bandung dari Waroeng Daweung. Berbeda dengan rekan sehobinya, Agusni sangat sering datang ketempat ini bersama keluarga ataupun bersama teman – teman offroader. Sejak dua tahun yang lalu Agusni sekeluarga merupakan pelanggan tetap tempat ini. Pria yang bekerja sebagai outbond trainer ini mengungkapkan dengan penuh semangat, “Pemandangan disini bagus, karena berada diantara Bandung dan Lembang sehingga seluruh pemandangan bisa kita lihat sempurna”.

Kafe yang berdiri sejak tahun 1996 ini sebenarnya menyimpan berbagai potensi alam yang dapat dikembangkan. Dari sisi letak geografisnya pun, Waroeng Daweung tidak kalah strategis dengan berbagai kafe dikawasan Dago pakar. Kafe ini berada di Desa Cimenyan yang tak jauh dari Saung Angklung Mang Udjo. Bahkan tempat ini sudah menjadi tongkrongan wajib bagi mahasiswa Maranatha, seperti yang diungkapkan Andri, salah satu dari mahasiswa tersebut.
“Gue biasa nongkrong disini bareng teman – teman. Tempatnya oke banget, gue bisa sampe tiga kali seminggu datang kesini, suasananya cocok buat didatangi baik sama teman atau pacar.”
Memang ide untuk membuat kafe di puncak bukit dengan pemandangan kota dan pegunungan sekaligus merupakan ide yang cemerlang. Ide ini muncul dari pemikiran seorang pengusaha bernama Ir. Moko. Beliaulah yang merintis kafe ini dari awal hingga kini. Dengan modal menyewa tanah desa, Ir. Moko berhasil mengembangkan potensi desa setempat sehingga dapat menjadi tempat wisata alam seperti sekarang ini.

Tanpa terasa dua jam telah berlalu. Saat yang kami nanti – nanti akhirnya datang juga, kami menyaksikan sunset di sebuah kursi taman. Matahari begitu indahnya turun dan menghilang dibalik gunung Tangkuban Perahu. Dominasi warna jingga dilangit menghipnotis kami untuk berdecak kagum akan keindahan alam. Kembali kami dan beberapa teman dari Maranatha berbincang ringan. Celetukan ringan pun terlontar dari mulut Andri,”Semua orang harus cobain tempat ini kayaknya, soalnya elo liat pagi, sore malam, pemandangannya beda–beda dan keren–keren.” Hari telah berganti malam bersamaan dengan menghilangnya gunung dibalik gelap. Namun, keindahan tidak selesai disitu, sekarang saatnya cahaya lampu kota Bandung yang menghibur mata Anda.

Hari semakin gelap dan udara semakin dingin. Kami masuk kedalam bangunan utama untuk menghangatkan tubuh di dekat perapian, serasa berada di dataran Eropa. Setelah puas mengambil foto satu hari penuh sambil menikmati keindahan alam, kami pun bersiap untuk pulang. Sebenarnya kami ingin menginap disebuah pondok sederhana ditengah hutan pinus yang letaknya hanya sekitar 100 meter dari kafe tersebut. Padahal tarif permalamnya sangat murah, hanya 50.000 rupiah. Tapi nasib berkata lain, kami harus kembali saat itu juga. Saat kami memutar kendaraan, kami sempat tercengang kemana kami harus berjalan. Karena disepanjang jalan tidak terdapat penerangan sama sekali. Kembali kami harus melewati perjalanan dijalan yang rusak dan bahkan kini tanpa penerangan sama sekali. Tampaknya Pemda setempat kurang perhatian dengan sumber daya yang masih potensial ini. Sesungguhnya bila dikembangkan secara professional, tempat ini dapat menjadi kafe dengan pesona alam terbaik di kota Bandung. Terlebih lagi bila diusahakan kerjasama yang berkesinambungan dengan objek wisata lainnya seperti Angklung Mang Udjo yang letaknya tidak jauh dari Waroeng Daweung.

Walaupun medan yang kami lalui untuk kembali pulang rusak, terjal, gelap, dan hanya ditemani bulan dan bintang, takkan menyurutkan niat kami untuk kembali menyaksikan pemandangan yang tak pernah berakhir di Waroeng Daweung.

Read More → WAROENG DAWEUNG
Tempat Kongkow yang Murah Meriah
 

----foto orang ga jelas----